Monday, December 31, 2012

Soft Heart


  1. Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba sebelum kita sempat bertaubat.
  2. Takut tidak menunaikan hak-hak Allah secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak Allah itu pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.
  3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan diatas jalan kemaksiatan dan jalan syaitan.
  4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat Allah pada diri kita.
  5. Takut akan balasan siksa yang disegerakan di dunia karena maksiat yang kita lakukan.
  6. Takut mengakhiri hidup dengan su’ul khotimah.
  7. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul maut.
  8. Takut menghadapi pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir didalam kubur.
  9. Takut akan adzab dan prahara di alam kubur.
  10. Takut mengahdapi pertanyaan hari Qiyamat atas dosa besar dan dosa kecil yang kita lakukan.
  11. Takut melalui titian (shirath) yang tajam. Sesungguhnya titian itu lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang.
  12. Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
  13. Perlu mengetahui dosa dan aib kita.
  14. Takut terhadap nikmat Allah ynag kita rasa siang dan malam, sedang kita tidak bersyukur.
  15. Takut tidak diterima amalan-amalan dan ucapan-ucapan kita.
  16. Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan membiarkan kita sendiri.
  17. Kekhawatiran kita menjadi orang yang tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada hari timbangan ditegakkan.
  18. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita, anak-anak, keluarga, suami/isteri dan harta kita kepada Allah Subhaana wa Ta’ala. Dan jangan kita bersandar dalam memperbaiki urusan ini kecuali hanya kepada Allah.
  19. Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya’ kedalam hati, karena terkadang riya’ itu memasuki hati kita, sedang kita tidak merasakannya. Hasan Al-Basri rahimahullah pernah berkata kepada dirinya sendiri. “Berbicaralah engkau wahai diri, dengan ucapan orang shaleh, yang Qana’ah lagi ahli ibadah. Dan janganlah engkau melaksanakan amal orang fasik dan riya’. Demi Allah, ini bukan sifat orang mukhlis”.
  20. Jika kita ingin sampai pada derajat ikhlas maka hendaknya akhlak kita seperti akhlak seorang bayi yang tidak peduli orang yang memujinya atau membencinya.
  21. Hendaknya kita memiliki sifat cemburu ketika larangan-larangan Allah diremehkan.
  22. Ketahuilah bahwa amal shaleh dengan sedikit dosa jauh lebih disukai Allah, daripada amal shaleh yang banyak tetapi dengan dosa yang banyak pula.
  23. Ingatlah setiap kita sakit bahwa kita telah istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat dan akan menemui Allah dengan amalan yang buruk.
  24. Hendaknya ketakutan pada Allah menjadi jalan kita menuju Allah selama kita sehat.
  25. Setiap kita mendengar  kematian seseorang maka perbanyaklah mengambil pelajaran dan nasehat. Dan jika kita menyaksikan jenazah, maka khayalkanlah bahwa kita yang sedang diusung.
  26. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa Allah menjamin rezeki kita sedang hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu yang ia kumpul-kumpulkan. Dan menyatakan sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia, sedang kita tetap mengumpul-ngumpulkan harta dan tidak menginfakkanya sedikitpun. Dan mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia tidak pernah ingat mati.
  27. Lihatlah dunia dengan pandangan i’tibar (pelajaran) bukan dengan pandangan mahabbah (kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
  28. Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah kita sanggup menghadapi panasnya Jahannam?
  29. Di antara akhlak sesama mukmin (wal mukminah) adalah saling nasehat-menasehati antar sesamanya.
  30. Jika kita melihat orang yang lebih “besar” dari kita, maka muliakanlah dia dan katakana kepadanya, “Anda telah mendahului saya didalam Islam dan amal shaleh , maka Anda jauh lebih baik disisi Allah. Anda keluar ke dunia setelah saya dan Anda lebih baik dari saya disisi Allah. “Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaQwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-Syam [91] : 8, 9, 10 ). Sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata Qalbunya menjadi bening, jernih, bersih dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki Qalbu yang tertata, terpelihara dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketentraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hatipun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan. Orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga diakhirat kelak. “Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Hai orang-orang yang beriman bertaQwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. QS. At-Taubah [9] : 108 dan 119 ) Alv Vin.
Every time you feel like you cannot go on
You feel so lost, that you so alone
All you is see is night, and darkness all around
You feel so helpless, you can`t see which way to go
Don`t despair and never lose hope
Cause Allah is always by your side
Turn to Allah, He`s never far away
Put your trust in Him, raise your hands and pray
Ya Allah, guide my steps don`t let me go astray
You`re the only one that showed me the way
Insya Allah we`ll find the way

Kiki Sukmahati

From a Dream: Arti Lambang PMI

From a Dream: Arti Lambang PMI: Lambang PMI PMI menggunakan Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda pelindung sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internas...

Sunday, December 30, 2012

Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.

Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."[rujukan?]

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Fungsi pendidikan

Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:

    Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
    Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
    Melestarikan kebudayaan.
    Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.

    Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
    Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
    Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
    Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.

Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:

    Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
    Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
    Menjamin integrasi sosial.
    Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
    Sumber inovasi sosial.

sumber: wikipedia[dot]com